NELSON HASIBUAN 27: JAWABAN UTS TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN PAK

FORM JAWABAN UTS TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN PAK
TAHUN AJARAN 2017/2018

1)   Bacalah kitab Kejadian 24:1-67 dengan seksama. Abraham memprakarsai perjodohan Isak melalui Eliezer untuk pergi ke negerinya dan kepada sanak saudaranya untuk mengambil isteri bagi Ishak, anaknya. Pada zaman post modern ini, apakah masih perlu perjodohan, mengapa? Apakah Saudara setuju untuk dijodohkan dengan orang yang belum dikenal? Apakah TIDAK perlu melihat bibit, bobot dan bebet dalam perjodohan?
a.     Mulailah dengan membaca kitab Kejadian 24:1-67 dengan seksama, perhatikan setiap ayat dan pahami konteksnya.
b.     Media apa saja yang Saudara temukan dalam kitab Kejadian 24:1-67 yang digunakan untuk mendapatkan Ribka sebagai isteri Isak? Cantumkan secara detail!
c.      Berikan penjelasan Saudara mengapa Abraham memilih perempuan dari negerinya (Ur- Kasdim) dan kepada sanak saudaranya dan tidak memilih perempuan Kanaan (ay. 3-4)?
d.     Tambahkan ayat-ayat firman Tuhan dari kitab Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) untuk memperkuat pendapat Saudara setuju atau tidak dalam perjodohan atau dijodohkan?
e.     Akhiri dengan kesimpulan dari pembahasan Saudara mengenai perjodohan.

JAWABAN
a.     Dari Kej 25:20 kita tahu bahwa usia Ishak pada waktu menikah adalah 40 tahun, dan itu berarti bahwa Abraham saat itu berusia 140 tahun. Ia mengutus hambanya yang tertua untuk mencarikan istri untuk Ishak (Kej. 24:2-4). Mungkin sekali hamba ini adalah Eliezer (bdk. Kej. 15:2-3). Abraham melakukan ini untuk menggenapkan Rencana Allah, yaitu bahwa keturunan Ishak akan menjadi bangsa yang besar. Rencana Allah ini tentu tidak mungkin terlaksana kalau Ishak tidak menikah!
Abraham melarang hambanya membawa Ishak kembali ke tanah asal Abraham (Kej. 24:5-8). Pemikiran hamba Abraham bahwa perempuan itu tidak mau ikut ke Kanaan (Kej. 24:5) adalah sesuatu yang logis, karena: Hamba itu adalah orang asing bagi perempuan itu. Bagaimana mungkin ia mau mengikut orang asing begitu saja? Sekalipun perempuan itu adalah sanak saudara Abraham, tetapi antara Abraham dan sanak saudaranya di tanah asalnya boleh dikatakan tidak ada komunikasi sama sekali (kecuali dalam Kej. 22:20, kalau ‘kabar’ itu mau dianggap sebagai komunikasi). Usul untuk membawa Ishak kembali ke tanah asal Abraham juga adalah sesuatu yang logis, karena akan lebih mudah untuk menda­patkan seorang perempuan kalau calon mempelai laki-lakinya ikut. Tetapi Abraham menolak mentah-mentah usul itu (Kej. 24:6-8).
Abraham tahu bahwa Allahlah yang menyuruh ia keluar dari tanah asalnya untuk pergi ke Kanaan, dan Allah menjanjikan tanah Kanaan untuk keturunan Abraham (Kej. 24:7 bdk. Kej. 12:1,7). Karena itu ia yakin bahwa Allah pasti akan menolong untuk mendapatkan istri untuk Ishak (Kej. 24:7b). Membawa Ishak kembali ke tanah asal Abraham (sekalipun dengan tujuan akan kembali ke Kanaan setelah berhasil mendapatkan istri), adalah suatu tindakan yang berbahaya, karena kalau calon istrinya tidak mau ikut ke Kanaan, bisa-bisa Ishaknyalah yang akhirnya menetap di sana mengikuti istrinya. Dan ini akan menghancurkan Rencana Allah!

b.    Media yang digunakan dalam pasal ini adalah rumah Abraham (ay. 2), hamba Abraham yang paling tua (ay. 2), TUHAN Allah (ay. 7a), malaikat (ay. 7e),  sepuluh ekor unta berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya (ay. 10), sumur (ay. 11a), perempuan-perempuan (ay. 11c), anak gadis (ay. 14a), buyung (ay. 14b), Ishak (ay, 14e), Ribka (ay. 15b), Betuel (ay. 15c), Milka (ay. 15d),  Nahor (15e), palungan (ay. 20), Jerami (ay. 25), Laban (ay. 29), kambing domba dan lembu sapi (ay. 35a), emas dan perak (ay. 35b), budak laki-laki dan perempuan (ay. 35c), unta dan keledai (ay. 35d), Sara (ay. 36), pakaian kebesaran (ay. 53), inang pengasuhnya (59).

c.     Dari sini terlihat bahwa: Adanya ketetapan/rencana Allah yang pasti terjadi itu, tidak membuang tanggung jawab manusia untuk melaksanakan Rencana Allah itu! Sekalipun ia sudah tua, dan sekalipun Tuhan memberkatinya sehingga ia tidak kekurangan sesuatu apapun, tetapi Abraham tetap selalu menyesuaikan hidupnya dengan Rencana/kehendak Allah.
Dalam menyuruh hambanya mencarikan istri untuk Ishak, Abraham memberikan syarat, yaitu: perempuan itu bukan perempuan Kanaan, tetapi perempuan dari tanah asal Abraham, dari antara sanak sauda­ra Abraham sendiri (Kej. 24:3-4). Kalau Abraham mau menuruti hikmat/kebijaksanaan dunia, maka seharusnya ia justru mencarikan istri untuk Ishak dari antara penduduk Kanaan, karena: lebih mudah mencarinya. Akan menyebabkan Ishak lebih diterima oleh penduduk Kanaan. Tetapi, Abraham tetap tidak mau Ishak mendapat istri dari antara penduduk Kanaan, karena: Abraham adalah keturunan Sem (Kej. 11:20-26), sedangkan Kanaan adalah keturunan Ham (Kej. 10:6-20) yang ada di bawah kutuk (Kej. 9:25-27). Menikahkan Ishak dengan orang yang ada di bawah kutuk, jelas tidak akan sesuai dengan kehendak Allah. Abraham tahu bahwa orang Kanaan itu kafir dan bejad, dan akan dihancurkan oleh Tuhan (bdk. Kej. 15:16).
Dari sini lagi-lagi terlihat bahwa Abraham mau menyesuaikan hidup­nya maupun hidup Ishak dengan kehendak Tuhan, tanpa mempedulikan kebijaksanaan/hikmat dunia!

d.    Pada dasarnya kita harus kembali pada konsep tentang maksud "jodoh di tangan Tuhan". Alkitab tidak memberi kriteria yang spesifik tentang jodoh kita. Bahkan kalau kita mau melihat dengan seksama, Alkitab tidak secara langsung menceritakan kisah dimana Tuhan menentukan jodoh orang. Yang kita ketahui dengan pasti pada saat Tuhan campur tangan dan menentukan jodoh secara langsung untuk seseorang adalah dalam kisah Ishak yang akhirnya menikah dengan Ribka, hanya dalam kisah itu saja. Seolah-olah memang Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih jodohnya dengan menggunakan prinsip-prinsip atau kriteria yang Tuhan sudah tentukan untuk kita.
Prinsip Pertama, kita ambil dari 2 Korintus 6:14, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jadi Tuhan menghendaki agar kita menjalin hubungan yang akrab, membentuk pasangan yang kuat dengan yang seiman sebab bagaimanakah mungkin kita dipersatukan dengan yang tidak seiman? Penulis bacakan 2 Korintus 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Dari ayat ini disimpulkan bahwa sebagai orang Kristen kita adalah ciptaan baru di dalam Tuhan dan seharusnyalah kita pun bersatu dengan ciptaan baru yang juga di dalam Tuhan. Ayat-ayat ini cukup kuat apalagi ditambah dengan 1 Korintus 7:39, Istri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya. Sekali lagi ditekankan bahwa kita menikah dengan yang percaya pada Tuhan Yesus. Jadi prinsip pertama adalah Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya.
Prinsip Kedua juga dari 1 Korintus 7:39, kita diberi kebebasan untuk menikah dengan siapa saja yang kita kehendaki (maksudnya dengan orang percaya), artinya yang sesuai dengan selera kita. Jadi kita tidak harus menikah dengan tipe tertentu! Kita ini masing-masing mempunyai keunikan dan selera yang juga unik dan berbeda.
Prinsip Ketiga diambil dari Kejadian 2, yaitu Tuhan meminta kita memilih istri atau suami yang juga sepadan dan cocok dengan kita, artinya yang pas menyangkut kecocokan sifat dan karakteristik. Alkitab hanya memberi kita tiga pedoman dalam mencari jodoh.
Jadi dalam masa berpacaran kita perlu meminta hikmat Tuhan agar bisa melihat jelas apakah orang ini cocok atau tidak dengan kita. Konsep bahwa perjodohan di tangan Tuhan adalah benar, tapi dalam prosesnya Tuhan meminta kita memperhatikan ketiga prinsip tersebut.

e.     Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan adalah, bahwa manusia harus mencari jodohnya, bukan hanya diam, merenung, berdoa saja namun harus ada tindakan yang konkrit, sehingga dalam prosesnya terjadi usaha dan menghasilkan sesuatu. Tuhan tidak membiarkan manusia seorang diri saja, inilah prinsip yang penulis imani, karena setiap orang memiliki pasangan sendiri. Pasangan yang dari Tuhan Yesuslah yang harus diterima oleh orang percaya, sebab Yesus akan menyempurnakan semua apa yang telah diperbuat-Nya.

2)   Bacalah kitab Kejadian 39:1-23 dengan seksama. Yusuf memilih menjaga kekudusannya dan tidak mau tidur dengan isteri Potifar. Zaman post modern ini apakah masih ada ditemukan tokoh seperti Yusuf? Mengapa ia tidak mencemarkan hidupnya, padahal kesempatan untuk berbuat dosa selalu menghampirinya, apa rahasianya?
a.     Mulailah dengan membaca kitab Kejadian 39:1-23 dengan seksama, perhatikan setiap ayat dan pahami konteksnya.
b.     Media apa saja yang Saudara temukan dalam kitab Kejadian 39:1-23 yang digunakan untuk menggoda Yusuf? Cantumkan secara detail!
c.      Berikan penjelasan Saudara mengapa Yusuf tidak mau melakukan persetubuhan dengan isteri Potifar?
d.     Tambahkan ayat-ayat firman Tuhan dari kitab Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) untuk memperkuat pendapat Saudara mengenai kekuatan dan kemenangan atas godaan (seks, pornografi, perzinahan)?
e.     Akhiri dengan kesimpulan dari pembahasan Saudara mengenai kekudusan hidup.

Jawaban
a.     Di rumah Potifar, sekalipun menderita tetapi Yusuf disertai oleh Tuhan (ay. 2). Ini menyebabkan ada step-step kemajuan dalam hidup Yusuf di rumah Potifar: Segala yang diperbuatnya berhasil (ay. 2b). Ia tinggal di rumah Potifar (ay. 2c). Mungkin tadinya ia tinggal di rumah budak bersama budak-budak yang lain. Potifar bisa melihat bahwa Tuhan membuat pekerjaan Yusuf berhasil (ay. 3a), dan ini menyebabkan Potifar mengijinkan Yusuf melayani dia (ay. 4a). Bahwa Potifar sampai bisa melihat bahwa Yusuf sukses dalam pekerjaannya karena Tuhan yang membuatnya berhasil, menunjukkan bahwa Tuhan menyertai/memberkati Yusuf dengan cara yang luar biasa.

Tuhan memberkati, tetapi Yusuf bekerja! Ini terlihat dari kata-kata ‘pekerjaannya’ (ay. 2), ‘dikerjakannya’ (ay. 3), ‘melayani dia’ (ay. 4). Tuhan tak akan memberkati orang malas yang tidak mau bekerja! Potifar menyerahkan segala miliknya dalam kuasa Yusuf, sehingga dengan bantuan Yusuf ia tidak perlu mengurus apa-apa lagi kecuali makanannya sendiri (ay. 4b-6). Kecuali makanannya sendiri. Mengapa Potifar tetap mengurus makanannya sendiri? Dalam Kejadian 43:32 dikatakan bahwa orang Mesir tak boleh makan dengan orang Ibrani, karena bagi mereka itu adalah ‘kekejian’. Jadi rupanya ada gap yang besar antara orang Mesir dan orang Ibrani, khususnya dalam hal makanan, sehingga Potifar tidak mau makanannya diurus oleh Yusuf.

b.    Media yang tertera adalah sebagai berikut Mesir (ay. 1a), Potifar (ay. 1b), TUHAN (ay. 2), rumah Potifar (ay. 4), isteri Potifar (ay. 7), baju Yusuf (ay. 12),  penjara (ay. 20), kepala penjara (ay. 21).

c.     Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya (ay. 6b). Istri Potifar tertarik kepada Yusuf dan mengajak Yusuf untuk melakukan hubungan sex (ay. 7).  ‘memandang Yusuf dengan berahi’ (ay. 7). Yusuf menolak dengan alasan: Kepercayaan dan kebaikan Potifar kepadanya tidak layak dibalas dengan pengkhianatan dengan melakukan hubungan sex dengan istrinya (ay. 8-9). Itu adalah ‘kejahatan / dosa yang besar’ (ay. 9b). Ini bukan sekedar dosa terhadap Potifar, tetapi terhadap Allah (bdk. Mzm. 51:6). Potifar bisa tidak tahu, tetapi Allah pasti tahu! Karena itu ia tetap menolak sekalipun mereka sedang sendirian (ay. 11-12). Istri Potifar tekun mengajak, tetapi Yusuf tekun menolak (ay. 10)! Istri Potifar tekun mengajak, tetapi Yusuf tekun menolak (ay. 10)! Lebih dari itu, Yusuf tidak mau bersama-sama dengan dia. Yusuf tidak mau dekat-dekat dengan pencobaan, dan ini adalah sesuatu yang penting dalam mengalahkan godaan jenis ini (bdk. Ams. 5:8 jauhilah perempuan jalang; juga 1Kor. 6:18a). Istri Potifar memaksa, Yusuf tetap menolak, bahkan lari (ay. 11-12).

d.    Kekuatan dan kemenangan atas godaan (seks, pornografi, perzinahan).
Dosa ini menyerang semua kalangan umur dari anak kecil sampai orang dewasa. Umumnya remaja dan muda-mudi paling rawan dengan dosa ini. Jikalau seorang remaja atau pemuda, pikirannya telah dirusak oleh gambar porno, VCD porno, blue film, maka biasanya dengan mudah mereka akan jatuh dalam free seks. Demikian juga bagi mereka yang sudah menikah, mereka juga diperhadapkan dengan godaan daging yang sama. Jikalau mereka sudah tidak lagi setia sama suami atau istrinya maka merekapun terancam oleh dosa perzinahan ini. Jikalau seorang suami punya istri lebih dari satu, atau seorang istri punya suami lebih dari satu, jelas ini adalah perzinahan. Zaman sekarang ini kita melihat begitu banyak suami tidak lagi setia pada istrinya demikian juga istri tidak setia pada suaminya. Masing-masing punya PIL dan WIL. Godaan untuk tidak setia pada pasangan kita, itu bukan hanya dialami oleh jemaat tetapi hamba Tuhanpun bisa jatuh dalam dosa itu. Seorang pendeta bernama Pdt. Jim Baker, seorang hamba Tuhan yang diurapi Tuhan, hebat dalam berkhotbah tetapi sayang suatu hari ia jatuh dalam dosa seks dengan sekretarisnya yaitu Jesica Hahn. Bagaimana jalan keluar dari dosa semacam ini? Jelas harus bersikap seperti Yusuf, lari dari godaan daging ini. Tanpa memiliki ketegasan dalam diri kita maka pasti kita akan hanyut kena arus perzinahan ini. Sekali lagi Firman Tuhan berkata: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Gal. 5:24).
Roma 8:6a;13a: keinginan daging berakhir dengan maut. Jika kamu hidup di dalam daging, kamu akan mati. Roma 8:7-8: keinginan daging membawa perseteruan dengan Allah dan tidak berkenan kepada Allah. Dapatkah kita menang atas keinginan daging kita? Dapat, firman Tuhan dalam Galatia 5:24: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”
Mari kita mulai dengan melihat jawaban yang terdapat dalam 1Tesalonika 4. Paulus menunjukkan beberapa kebenaran yang dapat menolong kita. 
a.     Batasan-batasan yang benar dan salah dalam Alkitab diberikan oleh Allah, bukan manusia. Rasul Paulus memberitahu orang-orang Kristen baru, “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus” (ay. 2). Pernyataan tentang bagaimana seharusnya hidup kristiani itu bukanlah ide Paulus. Bukan pula pencerminan dari kebudayaan atau apa yang dipercayai oleh teman-teman baiknya. Perintah itu datang dari Allah dan dinyatakan dengan otoritas yang diberikan Yesus kepadanya selaku seorang rasul. Ia menyebut perintah itu sebagai "kehendak Allah" (ay.  3). Dan sekali lagi, dalam ayat 8, ia berkata bahwa "siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah." 

Penekanan inilah yang dibutuhkan untuk mengingatkan kita pada akibat yang akan dialami bila memilih jalan kita sendiri. Sangatlah mudah mengambil kesimpulan bahwa perilaku seksual tidaklah terkait dengan iman kita kepada Allah. Sangatlah mudah mengambil kesimpulan bahwa kita tetap mengasihi Allah dan percaya kepada-Nya sekalipun terikat oleh perilaku seksual yang tidak sesuai dengan batasan-batasan Alkitab. 

Namun inilah yang dibutuhkan untuk membeberkan berbagai kebohongan yang ada. Kita harus menyadari bahwa kita tidak dapat menolak hukum Allah tanpa menolak Allah dan keallahan-Nya dalam hidup kita. Hukum-hukum-Nya mengungkapkan kasih dan hikmat-Nya. Jika kita mencoba memisahkan masalah-masalah seksual dari hubungan pribadi kita dengan Allah, berarti kita berusaha melakukan hal yang mustahil. 

Oleh karena itu kita harus sangat hati-hati, jangan sampai membuang bagian Alkitab yang tidak kita setujui. Batasan-batasan seksual dalam Alkitab selalu konsisten, baik dalam Perjanjian Lama, pernyataan Kristus sendiri, maupun dalam Perjanjian Baru. Dan, hukum-hukum dalam Alkitab bukanlah pendapat manusia, tetapi dari Allah sendiri (2Tim. 3:16, 2Ptr. 1:20-21). 

Sayangnya, kita semua bergumul dengan hal ini karena secara alamiah kita memiliki dorongan dari dalam diri untuk melakukan kehendak kita sendiri, dan lingkungan di sekeliling kita kelihatannya mendorong kita melakukan hal yang sama. Masalah ini telah menggoda kita sejak kejatuhan manusia dalam dosa (Rm. 1:18-32). Karena kita sering lebih suka menuruti hukum yang kita buat daripada mempercayai bahwa Allah tahu yang terbaik, maka kita tidak ingin tunduk pada batasan-batasan moral yang tinggi dari Allah dan yang kita butuhkan. 

b.     Allah melarang perilaku seksual yang tak bermoral. Allah tidak bersikap toleran terhadap perilaku seksual. Dalam 1Tesalonika 4:3 Paulus menulis, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.” Bahasa Yunani untuk "percabulan" adalah porneia, digunakan Paulus untuk menunjuk pada hubungan seksual yang tidak sah, di luar hubungan seorang pria dengan seorang wanita dalam ikatan pernikahan. Percabulan menyangkut seks pranikah, perzinahan, perilaku homoseksual, pelacuran, inses, pemerkosaan, dan perkataan yang tak senonoh. (Im. 20 memuat daftar yang bervariasi tentang perilaku seksual yang melanggar ketetapan Allah.) Mengapa Allah menempatkan batas-batas di sekeliling seks? Allah ingin memberi yang terbaik kepada kita. Batasan-batasan-Nya dimaksudkan untuk melindungi kita, bukan untuk merampas kesenangan kita. 
c.      Allah menciptakan seks sebagai bagian yang indah dalam ikatan pernikahan. Paulus berbicara tentang hidup dalam kekudusan dan kehormatan (1Tes. 4:4). Kita menggunakan seksualitas kita dalam kekudusan dan kehormatan dalam ikatan pernikahan. Ibrani 13:4 menyatakan, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur." Bahasa Yunani bagi tempat tidur mengacu pada hubungan seksual. Hubungan antara suami dan istri memberi kesempatan bagi pemenuhan dorongan seks. Rasul Paulus menyatakan bahwa suami dan istri harus saling memenuhi kebutuhan pasangannya (1Kor. 7:1-9). Jika tidak, hal itu akan memberi kesempatan bagi Iblis untuk menggoda (ay. 5). Pada masa penciptaan, Allah menetapkan bahwa pria dan wanita akan meninggalkan orangtuanya dan menjadi "satu daging" (Kej. 2:24). Hubungan satu daging ini telah dirancang untuk membangun keintiman fisik dan rohani dalam tekad untuk bersatu dengan pasangannya (Mat. 19:5,6). Meskipun demikian, untuk mewujudkan kerinduan yang besar akan hubungan yang intim dan penuh kasih, kita terlalu sering menggunakan keintiman seksual sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir. Dan, nafsu dapat membutakan sehingga akhirnya kita hanya mengejar seks demi seks, tanpa menyadari implikasi rohani yang dalam dari tindakan tersebut (1Kor. 6:15-20). 
d.     Kita tidak boleh memakai batasan-batasan perilaku dunia. Rasul Paulus mengatakan bahwa janganlah memakai tubuh kita "di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah" (1Tes. 4:5). Dunia kita telah dibayang-bayangi oleh pandangan tentang seks yang terputar balik. Seperti semua karunia Allah lainnya, seks telah dihancurkan oleh dosa. Iklan, tayangan televisi, film, majalah, buku, dan percakapan sehari-hari di tempat kerja telah mencabut seks keluar dari maksud sebenarnya, dan keluar dari batasan-batasan masyarakat. Dan, nafsu yang tidak terpuaskan akan terus-menerus menuntut pemuasan. Itu merupakan satu cara untuk menolak pikiran sehat dan mendorong manusia menggunakan sesamanya untuk memuaskan gairah seksual mereka (melalui majalah, video, film, musik, dan pertemuan-pertemuan pribadi). 

Dunia tidak dapat memberi tuntunan moral kepada kita karena dunia mengabaikan kemutlakan moral Allah dalam membatasi pemuasan nafsu manusia. Roma 1 secara garis besar menyebutkan kecenderungan yang sedang terjadi. Dan, berulang kali orang-orang memberontak terhadap batasan-batasan Allah karena cara-cara-Nya menelanjangi cara-cara mereka, yang mereka pikir sebagai cara terbaik bagi mereka.

e.     Kesucian adalah masalah hati. Paulus mengingatkan akan nafsu yang dapat mengontrol kehidupan (1Tes. 4:5). Yesus menolong kita menyadari bahwa meskipun tidak secara nyata ingin berbuat dengan tubuh kita, tetapi mungkin kita telah berzinah dalam pikiran (Mat. 5:27-30). 
Pada titik inilah kita membutuhan kejelasan antara pikiran tentang seks yang masih diizinkan dan nafsu. Dalam batas-batas tertentu, kita semua berpikir tentang seks; karena itu adalah bagian dari pengalaman kita sebagai manusia. Hal yang harus kita hindari adalah sikap membiarkan dan menikmati pikiran-pikiran yang tidak bermoral. Jika pikiran kita diisi dengan perilaku seksual di luar rancangan Allah, kita sudah melampaui batas dan menuju nafsu. Pikiran tentang seks yang tidak sah harus dikenali seperti apa adanya, dan kemudian ditolak. Amsal 4:23 menyatakan, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Yesus mengatakan, "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu, dan hujat" (Matius 15:19). Pikiran-pikiran kita merupakan titik awal tindakan kita. Nafsu memanfaatkan orang dan memperlakukan mereka sebagai objek. Kasih tidak mengambil keuntungan dari seseorang untuk memenuhi keinginan seksual Anda sendiri. Nafsu dapat membutakan seseorang akan perlunya menaati perintah Allah dalam hal kesucian, dan dapat menyebabkan seseorang mengabaikan hal paling esensial dari komitmen pernikahan. Dunia sering menjejali kita dengan kebohongan yang membuat kita merasa tidak mementingkan diri sendiri dan benar-benar menjalin hubungan seksual dengan kasih yang murni di luar pernikahan. Kita telah berpusat pada diri sendiri dan mengambil jalan pintas bila kita menganggap bahwa dorongan seks lebih penting daripada menaati Allah atau melakukan yang terbaik bagi diri sendiri dan sesama, secara fisik maupun rohani, sekarang dan untuk selama-lamanya. 

f.      Seks bukanlah segalanya. Menurut 1Tesalonika 4, nilai yang paling penting adalah menyenangkan Allah, mengejar kekudusan, memperlakukan tubuh kita dengan hormat, dan tidak menyalahkan orang lain (ay. 1-6). Tentu saja bukan bermaksud mengabaikan seks suatu pemberian Allah yang penting, tetapi kita juga tidak boleh serta merta menjadikannya berhala. Seseorang bisa saja hidup bahagia tanpa seks. Sayangnya, seseorang yang tidak menikah sering menganggap bahwa ia belum lengkap sebagai satu pribadi bila belum berhubungan seks dengan seseorang. Pernikahan dan seks dapat begitu dipuja sehingga seseorang yang masih sendiri merasa tidak lengkap tanpanya. Namun kebenaran yang sesungguhnya adalah bahwa seks hanyalah sebagian dari seluruh hubungan dalam pernikahan. Kehidupan seks yang baik tidak menjamin kebahagiaan pernikahan. Jika seks adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita, maka Rasul Paulus tidak akan menulis keuntungan-keuntungan hidup melajang dalam 1Korintus 7:32-40. 

e.   Jika kita mengejar kesenangan seksual seolah-olah itulah jalan menuju kebahagiaan, kita akan selalu menemukan bahwa seks tidak memberi kepuasan yang kita harapkan. Sebaliknya, kita akan kecanduan dan diperbudak nafsu serta keinginan untuk melakukannya, dan akan berakhir dengan kekecewaan yang amat mendalam di hati. Sebagai contoh, Raja Salomo tidak menemukan kepenuhan dalam hal kesenangan jasmani di dalam dan melalui kesenangan itu sendiri (Pkh. 2).

3)   Bacalah kitab Kejadian 19:1-29 dan Imamat 20:13 hukuman mati terhadap homoseksualitas, zaman post modern ini banyak manusia yang sudah tidak mengakui Alkitab sebagai firman Tuhan dan melanggar larangan-larangan yang sudah ditetapkan. Manusia semakin jahat dan melakukan apa yang dianggap benar dan baik termasuk melakukan hubungan suami isteri secara tidak lazim. Bahkan komunitas-komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) berusaha untuk melegalkan hal tersebut dengan alasan hak asasi manusia.
a.     Mulailah dengan membaca kitab Kejadian 19:1-29 dan Imamat 20:13 dengan seksama, perhatikan setiap ayat dan pahami konteksnya.
b.     Media apa saja yang Saudara temukan dalam kitab Kejadian 19:1-29 dan Imamat 20:13, cantumkan dengan detail!
c.      Tambahkan ayat-ayat firman Tuhan dari kitab Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) untuk memperkuat KETIDAKSETUJUAN Saudara mengenai homoseksualitas.         
d.     Akhiri dengan kesimpulan dari pembahasan Saudara mengenai kekudusan hidup.

Jawaban
a.     Kota Sodom memang kota yang indah, tetapi tidak demikian dengan kondisi masyarakatnya.  Kota ini dihuni oleh masyarakat yang dikuasai oleh dosa. Dan keadaan moral yang rendah dari orang-orang Sodom sebenarnya sudah terlihat ketika Lot menyambut malaikat di pintu gerbang kota.  Pintu gerbang merupakan tempat umum di mana orang-orang biasanya menemui rekan-rekannya untuk berdagang, melakukan suatu pengadilan dan bertemu raja-raja kota.  Tetapi, walaupun pintu gerbang ini merupakan tempat di mana orang-orang berkumpul, tidak didapati orang lain yang memberikan sambutan kepada para pendatang ini.   orang-orang Sodom adalah orang yang tidak bersahabat.  Mereka adalah orang-orang yang tidak ramah yang dikuasai oleh hawa nafsu mereka.
Hal ini semakin jelas ketika “orang-orang lelaki,” “dari yang muda sampai yang tua,” dan “seluruh kota” bermaksud untuk memperkosa tamu-tamu Lot.  Kata “pakai” pada ayat 5 ini memiliki bahasa asli “yada” yang memiliki arti “menjadi saling mengenal.”  Kata ini dipakai dalam konteks hubungan seksual. Tidak berhenti sampai di sini, ketika Lot mencoba untuk melindungi tamu-tamunya ini orang-orang Sodom justru semakin marah dan bermaksud untuk memperkosa Lot. 

Orang-orang Sodom benar-benar dikuasai oleh dosa.  Yudas 7 mencatat bahwa mereka hidup di dalam percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tidak wajar.  Tidak hanya itu, Yehezkiel 16:49 menuliskan bahwa orang-orang Sodom juga adalah orang-orang yang hidup dengan kecongkakan, mementingkan diri sendiri, egois dan tidak mau membantu orang miskin.

Pengalaman yang menyedihkan dengan penduduk kota yang terjadi di rumah Lot menunjukkan bahwa situasi paling parah yang dapat dipikirkan orang sedang meliputi Sodom. Para malaikat yang datang atas perintah ilahi untuk memeriksa sampai sejauh manakah kebejatan manusia di tempat tersebut tidak memerlukan bukti lagi. Dosa yang paling najis dan tidak terungkapkan dilaksanakan secara terbuka dan terang-terangan. Para utusan Allah tersebut hanya perlu menjatuhkan hukuman resmi, mengutarakan peringatan yang diperlukan, dan berusaha sedapat mungkin untuk meloloskan Lot dan keluarganya yang ragu-ragu itu dari dalam kota. Hal itu harus dilaksanakan dengan cepat. Diperlukan ketaatan tanpa syarat. Tetapi, sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab, Lot dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.

Lot telah bertindak mementingkan diri dan bodoh ketika dia memilih untuk menjadi bagian dari Sodom, di mana anak-anaknya akan menjadi kotor oleh keadaan kota yang memalukan. Sekalipun dia mendapat kedudukan yang terhormat di antara penduduk, dia tidak pernah mempengaruhi mereka untuk berperilaku yang baik; dengan demikian dia gagal untuk berusaha menjadi pemimpin moral di tengah-tengah masa kritis itu. Keluarganya sendiri, pada akhirnya, tidak mempercayai berbagai peringatan paling mendesak yang ia berikan. Betapa kontrasnya kehidupan Lot yang buruk moral dengan kehidupan Abraham yang benar! Seluruh anggota keluarga Lot menjadi rusak. Tidak seorang pun dari mereka yang memiliki sedikit saja keadilan dan kebenaran. Ketika Lot, istrinya dan kedua putrinya berjalan meninggalkan kota yang terkutuk itu, Allah menahan sejenak penghukuman sampai para utusan-Nya dapat melepaskan Lot dan keluarganya dari cengkeraman keji Sodom.

Tuhan menurunkan hujan belerang dan api. Adalah bijaksana untuk menerima kisah ini secara harfiah, yaitu sebagai mencatat hukuman pasti dari Tuhan atas masyarakat yang sudah demikian rusak sehingga tidak lagi berhak untuk hidup. Allah mampu mengadakan suatu gempa bumi yang membelah batu-batu sehingga mengeluarkan gas yang tersimpan di dalamnya yang akan meledak dan menyemburkan sejumlah besar minyak ke udara. Ketika semua bahan yang mudah terbakar itu menyala, lautan api kembali tercurah untuk melengkapi kehancuran kota tersebut. Api yang berkobar dan asap hitam pasti memenuhi setiap jengkal tanah dari kota tersebut, membakar dan menghanguskan semua makhluk hidup.

b.    Media yang tercantum sebagai berikut: kedua malaikat (ay. 1a), Lot (ay. 1b), rumah Lot (ay. 2a), tanah lapang (ay. 2b), roti yang tidak beragi (ay. 3), orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali (ay. 4), dua orang anak perempuan (ay. 8), dua bakal menantunya (ay. 14), isteri Lot (ay. 15), TUHAN (ay. 16),  Lembah Yordan (ay. 17a), pegunungan (ay. 17b), kota Zoar (ay. 22), hujan belarang dan api (ay. 24).

c.     Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi homoseks karena dosa (Rm. 1:24-27) dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap homoseksualitas, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka.

Imamat 18:22, Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian. Roma 1: 26-27, Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.  Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.1 Korintus 6:9, Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit. Surat Roma 1:26-27 mengajarkan secara spesifik bahwa mereka yang jatuh kedalam dosa homoseksualitas akan berujung pada penyangkalan dan pembantahan kepada Tuhan. Ketika seseorang melanjutkan kehidupan dosa dan ketakpercayaan, Tuhan akan menyerahkan mereka bahkan menjadi lebih jahat dan tenggelam dalam dosa untuk memperlihatkan kepada mereka kehidupan tanpa tujuan dan  harapan  karena terpisahkan dari Tuhan.

Dalam Imamat 18 Tuhan menunjukkan berhubungan seks dengan binatang sebagaimana homoseksualitas adalah sebuah kekejian. "Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian. Janganlah engkau berkelamin dengan binatang apa pun, sehingga engkau menjadi najis dengan binatang itu. Seorang perempuan janganlah berdiri di depan seekor binatang untuk berkelamin, karena itu suatu perbuatan keji. Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis." (Im. 18:22-24).

Tuhan telah menciptakan alat reproduksi sesuai dengan jenisnya masing-masing (Kej. 1). Homoseksualitas dan berhubungan dengan binatang bertentangan dengan tujuan seks yang diciptakan oleh Tuhan. Saudara hanya dapat melahirkan keturunan ilahi dari manusia berlawanan jenis atau antara pria dan wanita. Ini adalah hukum Tuhan! Segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan untuk menghasilkan keturunan-keturunan Ilahi dalam keluarga-Nya adalah dosa!
Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. Homoseksualitas hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum homoseks, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri, dll. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka.

Salah satu fenomena sosial yang terjadi di dekade belakangan ini adalah munculnya dorongan yang kuat dari kelompok homoseks untuk menuntut persamaan hak dan keadilan bagi mereka. Sekarang, mengakui bahwa dirinya adalah gay adalah lesbian bukanlah hal yang terlalu tabu. Sehingga mereka juga merasa mempunyai hak asasi yang sama bahkan juga di dalam lembaga pernikahan.

d.    Di sinilah gereja dan kekristenan harus membuat keputusan yang tegas. Jikalau Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa, maka gereja pun juga tidak boleh memberikan izin bagi lembaga pernikahan sesama jenis. Ini bukan tentang hak asasi manusia, tetapi tentang otoritas tertinggi yang dipercayai oleh gereja, yaitu Alkitab sendiri. Gereja harus memperhatikan dengan seksama masalah homoseksualitas ini secara jujur dan realistik dalam kasih dan pengertian. Tuhan jelas tidak menginginkan seorang pun terikat oleh homoseksualitas. Kasih karunia-Nya cukup untuk memberikan kemenangan bagi mereka yang sedia menaklukkan masalah ini kepada-Nya. Gereja perlu mengambil prakarsa memberitakan pesan yang menimbulkan harapan ini kepada kaum gay dan lesbian.

Sekali lagi, gereja perlu mengambil prakarsa melayani golongan ini. Adalah tidak benar jika gereja membiarkan saja atau bahkan mengacuhkan, meminggirkan orang-orang yang bergumul dengan masalah ini. Gereja harus ambil bagian di dalam karya Tuhan Yesus Kristus untuk membawa pertobatan di kalangan gay dan lesbian.


TUHAN YESUS MEMBERKATI

Komentar